| SIKAP Institute melaksanakan Pelatihan dan sertifikasi selam bagi perwakilan nelayan 
 Sosialisasi, Kajian Sosial Ekonomi dan Survey Ekologi untuk mendorong tata Kelola perikanan skala kecil berkelanjutan di Desa Bontosi dan Desa Talas dalam konteks pelestarian ekosistem  Pada tahap awal dilakukan beberapa kegiatan di antaranya sosialisasi yang mencakup tujuan proyek dan manfaatnya. Kajian sosial ekonomi bertujuan untuk mengidentifikasi kesejahteraan Masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya alam,  menganilisis pola hidup serta kebiasaan Masyarakat untuk mengetahui rantai pasok dan nilai produk perikanan. Sementara survey ekologi di laksanakan untuk mengaetahui kondisi ekologi berupa terumbu karang dan mangrove sebagai bahan dasar dalam membuat kebijakan desa dalam melindungi serta memanfaatkan ekosistem pesisirnya. Desa Bontosi dan Desa Talas yang terletak di Kecamatan Labobo, Kabupaten Banggai Laut, memiliki mayoritas penduduk yang bekerja sebagai nelayan. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua desa ini menghadapi tantangan serius terkait dengan kerusakan ekosistem pesisir, terutama terumbu karang dan hutan mangrove. Kerusakan ini sebagian besar disebabkan oleh praktik perikanan yang tidak ramah lingkungan serta penebangan mangrove untuk kebutuhan sehari-hari, seperti tiang rumah dan kayu bakar. Pada dasarnya Tingkat kesadaran Masyarakat di dua desa ini mulai meningkat terbukti dari sikap kritis terhadap sumber daya perikanan yang mulai berkurang yang disebabkan rusaknya ekosistem terumbu karang dan banyaknya kapal pajeko (kapal dengan jumlah tangkapan skala besar) yang mengambil ikan di perairan mereka Kondisi terumbu karang yang rusak akibat metode penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan bom dan jaring ikan yang berlebihan, sangat mempengaruhi keberlanjutan sumber daya laut. Namun di perairan depan desa masih terdapat Terumbu karang yang sehat yang tidak hanya mendukung kehidupan biota laut, tetapi juga berperan sebagai pelindung garis pantai dari abrasi. Sementara itu, hutan mangrove yang berkurang berpotensi mengakibatkan kerusakan habitat, mengurangi keanekaragaman hayati, serta meningkatkan kerentanan ekosistem pesisir terhadap dampak perubahan iklim. Pemberdayaan masyarakat dikedua desa ini dinilai sangat penting dilakukan untuk mendorong praktik perikanan skala kecil yang berkelanjutan. Program-program pemberdayaan yang direncanakan antara lain pendidikan tentang teknik penangkapan ikan yang ramah lingkungan, pelatihan tentang pengelolaan sumber daya perikanan yang bijaksana termasuk diversifikasi pendapatan, serta upaya rehabilitasi terumbu karang dan perlindungan spesies. Dengan melibatkan masyarakat dalam setiap langkah, diharapkan mereka akan merasa memiliki tanggung jawab terhadap pelestarian ekosistem lokal. Kegiatan pemberdayaan ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga menghasilkan kebijakan yang mendukung perlindungan ekosistem pesisir di tingkat desa. Pemerintah desa perlu merumuskan kebijakan yang melindungi wilayah perikanan, mendorong praktik berkelanjutan, dan melibatkan masyarakat dalam pengawasan terhadap ekosistem. Dengan langkah ini, Desa Bontosi dan Desa Talas dapat menjadi contoh bagi desa lain dalam mewujudkan keseimbangan antara penghidupan manusia dan konservasi lingkungan. Pemberdayaan yang efektif akan menciptakan kesadaran kolektif di kalangan nelayan akan pentingnya menjaga kualitas dan keberlanjutan sumber daya alam demi generasi mendatang. Dengan sinergi antara pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, harapannya adalah kedua desa tersebut dapat mengatasi tantangan yang dihadapi, sekaligus menjadi pelopor dalam pelestarian ekosistem pesisir yang lebih luas.  Dinamika Perikanan Skala Kecil    Perikanan Skala Kecil dan Peran Pentingnya  Perikanan skala kecil memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan pendapatan masyarakat pesisir di berbagai negara. Aktivitas ini melibatkan nelayan yang menggunakan peralatan sederhana dan beroperasi di perairan dekat pantai. Selain itu, perikanan skala kecil juga berkontribusi terhadap kelestarian sumber daya laut dan pelestarian lingkungan. Namun, perikanan skala kecil sering dihadapkan pada tantangan yang signifikan. Pertama, terjadi penurunan stok ikan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti overfishing dan perubahan iklim. Hal ini mengakibatkan nelayan mengalami kesulitan dalam mempertahankan mata pencaharian mereka. Kedua, perubahan iklim juga berdampak negatif terhadap perikanan skala kecil karena meningkatkan tingkat ketidakpastian dan risiko dalam melaut. Tata Kelola Perikanan Skala Kecil Berkelanjutan Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan pendekatan baru yang berfokus pada penguatan tata kelola perikanan skala kecil yang berkelanjutan. Melalui tata kelola perikanan yang berkelanjutan, nelayan dapat terlibat secara aktif dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan memastikan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan secara bersamaan. Pendekatan tata kelola perikanan skala kecil berkelanjutan melibatkan kolaborasi antara nelayan, pemerintah, dan pihak terkait lainnya dalam mengembangkan kebijakan dan praktik yang mendukung keberlanjutan perikanan skala kecil. Hal ini termasuk pengaturan kuota penangkapan ikan, perlindungan habitat laut, dan pengembangan teknologi tangkap yang ramah lingkungan. Skema Pengembangan Kawasan Konservasi Berbasis Inklusi Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendorong diversifikasi mata pencaharian nelayan adalah melalui pengembangan kawasan konservasi berbasis inklusi. Skema ini melibatkan partisipasi aktif nelayan dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan pengembangan kawasan konservasi dengan tujuan mempertahankan keanekaragaman hayati dan keberlanjutan ekonomi. Dalam skema ini, nelayan diberikan otoritas dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan perikanan. Mereka juga didorong untuk mengembangkan peluang bisnis yang berkelanjutan di sektor pariwisata, budidaya ikan, atau pengolahan produk perikanan. Dengan demikian, nelayan tidak hanya bergantung pada penangkapan ikan, tetapi juga meningkatkan keberlanjutan sumber daya laut dan mengurangi tekanan yang ditimbulkan pada stok ikan. Skema pengembangan kawasan konservasi berbasis inklusi juga melibatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya perikanan dan pelestarian lingkungan. Melalui kolaborasi antara nelayan, pemerintah, dan komunitas lokal, tata kelola perikanan skala kecil yang berkelanjutan dapat terwujud. Manfaat Diversifikasi Mata Pencaharian bagi Nelayan Diversifikasi mata pencaharian merupakan strategi yang penting bagi nelayan untuk menghadapi tantangan dalam mempertahankan mata pencaharian mereka. Diversifikasi ini memberikan manfaat yang signifikan, baik bagi nelayan maupun lingkungan sekitar. Berikut ini beberapa manfaat dari diversifikasi mata pencaharian bagi nelayan: 
 Strategi untuk Mendorong Diversifikasi Mata Pencaharian Nelayan Diversifikasi mata pencaharian nelayan memerlukan strategi yang tepat agar dapat berhasil. Berikut ini beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mendorong diversifikasi mata pencaharian nelayan: 
 Studi Kasus tentang Inisiatif Diversifikasi yang Sukses Beberapa inisiatif diversifikasi mata pencaharian nelayan telah berhasil diimplementasikan di berbagai negara. Berikut ini adalah beberapa studi kasus mengenai inisiatif diversifikasi yang sukses: 
 Peran Pemerintah dan LSM dalam Mendukung Program Diversifikasi Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) memiliki peran penting dalam mendukung program diversifikasi mata pencaharian nelayan. Berikut ini adalah beberapa peran yang dapat mereka lakukan: 
  Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Program Diversifikasi Implementasi program diversifikasi mata pencaharian nelayan tidaklah mudah dan dihadapkan pada berbagai tantangan. Berikut ini adalah beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam mengimplementasikan program diversifikasi, serta solusi yang dapat diambil: 
 AuthorMuhamad Akib 
				
		0 Comments
	
		 Leave a Reply. | 
 
	 
  
  
  
  RSS Feed
 		RSS Feed